(Ditulis oleh Ardika Sufi Almukti, mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Indonesia Maju)
Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang menular. Paparan virus ini memicu cedera saraf yang berisiko menyebabkan kelumpuhan, kesulitan bernapas, hingga kematian. Meskipun penyakit ini sangat rentan dialami oleh anak-anak, bukan berarti orang dewasa tidak berisiko terpapar penyakit polio. Melakukan pencegahan yang tepat menjadi tindakan yang efektif untuk menghindari paparan virus penyebab polio.
Penyebab Polio
Penyakit ini disebabkan oleh virus polio. Biasanya, penularan terjadi melalui kontak langsung atau mengonsumsi air dan makanan yang telah terkontaminasi dengan feses yang mengandung virus polio. Meskipun tidak memiliki gejala, tetapi pengidap polio tetap bisa menularkan virus polio kepada orang lain.
Gejala Polio
Gejala penyakit polio dialami berbeda-beda oleh setiap pengidapnya. Bahkan, 95 hingga 99 persen pengidap polio tidak mengalami gejala. Berikut beberapa gejala polio yang perlu diwaspadai:
- Gejala dari polio tipe non-paralisis: Demam, nyeri menelan, nyeri kepala, muntah, lemas, dan meningitis.
- Gejala dari polio tipe paralisis: Gejala awal yang muncul dapat menyerupai polio tipe non-paralisis namun setelah satu minggu, gejala lainnya akan mengikuti; Kehilangan refleks; Nyeri otot dan kram otot yang parah; Kaki menjadi terkulai; Paralisis yang terjadi tiba-tiba, hal ini dapat bersifat temporer maupun permanen; Kelainan ekstremitas bawah, terutama pada pinggul dan pergelangan kaki.
- Gejala sindrom pasca polio: Polio sangat mungkin untuk muncul kembali meskipun seseorang telah dinyatakan sembuh. Hal ini dapat terjadi 15 – 40 tahun setelah seseorang pertama kali terinfeksi. Gejala yang sangat umum terjadi antara lain adalah: kelemahan pada otot dan sendi, nyeri otot yang terus memburuk, menjadi mudah lelah dan lesu, berkurangnya massa otot, kesulitan dalam menelan dan bernapas, sleep-apnea, gangguan bernapas pada saat tidur, depresi, masalah dalam konsentrasi dan daya ingat.
Diagnosis Polio
Diagnosis dari polio sendiri ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan dapat dibantu dengan pemeriksaan penunjang. Dalam anamnesis, dokter akan mencari gejala-gejala yang muncul, kemudian melalui pemeriksaan fisik dokter akan mencari tanda-tanda penyakit seperti adanya kaku kuduk, dan kelainan pada refleks.
Pemeriksaan penunjang melalui pemeriksaan swab tenggorok, pemeriksaan feses dan analisis cairan sistem saraf pusat juga dapat dilakukan untuk mencari keberadaan dari virus polio.
Pengobatan Polio
Saat ini belum ada obat yang bisa mengobati penyakit polio. Namun, penyakit ini bisa diatasi dengan melakukan beberapa perawatan yang sesuai dengan anjuran dokter, seperti:
- Melakukan bed rest.
- Memberikan obat untuk mengurangi rasa nyeri.
- Obat antispasmodic untuk membuat otot menjadi rileks.
- Antibiotik untuk mengobati infeksi saluran kemih.
- Mesin yang membantu pernapasan.
- Fisioterapi.
Komplikasi Polio
Polio yang tidak diatasi dengan baik dapat menyebabkan kelumpuhan otot sementara atau permanen, kecacatan, kelainan bentuk tulang, hingga kematian.
Pencegahan Polio
Pencegahan dari penyakit polio ini adalah dengan vaksinasi. Vaksinasi polio sendiri sudah ditemukan sejak tahun 1957 dan menjadi salah satu upaya pencegahan yang paling efektif. Vaksinasi diberikan sebanyak 3x dan ditambah dengan 1x booster. Vaksinasi perlu diberikan pada anak di usia 2 bulan, 4 bulan, 6-18 bulan dan booster-nya di antara usia 4-6 tahun.