Kekurangan Nutrisi Apa yang Sering Dikaitkan Dengan Terjadinya Stunting Mikro atau Makro ?

Kekurangan Nutrisi Apa yang Sering Dikaitkan Dengan Terjadinya Stunting Mikro atau Makro ?

(Disusun oleh Shepia Hikmah Linggar, Mahasiswa S1 Keperawatan UIMA)

Definisi stunting sendiri mengalami perubahan. Menurut WHO (2015), stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar.  Kekurangan konsumsi zat gizi makro seperti energi, protein maupun zat gizi mikro seperti zat besi, vitamin A, dan seng beresiko pada kejadian stunting (Mardewi et al., 2016). Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh (Nurmalasari et al., 2019).

Penyebab stunting adalah kurangnya asupan gizi yang diperoleh oleh balita sejak awal masa emas kehidupan pertama, dimulai dari dalam kandungan (9 bulan 10 hari) sampai dengan usia dua tahun. Stunting akan terlihat pada anak saat menginjak usia dua tahun, yang mana tinggi rata-rata anak kurang dari anak seusianya.

Ciri-Ciri Stunting pada anak :

  1. Tinggi dan berat badan lebih kecil dibandingkan dengan anak seusianya.
  2. Anak rentan mengalami gangguan pada tulang.
  3. Mengalami gangguan tumbuh kembang.
  4. Rentan mengalami gangguan kesehatan.
  5. Terlihat lemas terus menerus.
  6. Kurang aktif.

Stunting bersifat irreversible, tidak dapat diperbaiki apalagi setelah anak mencapai usia dua tahun. Apabila terjadi penurunan berat badan (weight faltering) pada kondisi anak stunting, maka anak harus segera ditangani secara medis agar bisa diketahui penyebab dan solusinya.

Cara mengatasi stunting pada anak :

  1. Perbaiki stunting sebelum usia 2 tahun.
  2. Berikan ASI.
  3. Perbaiki masalah menyusui.
  4. Beri olahan protein hewani pada MPASI.
  5. Imunisasi rutin.
  6. Memantau tumbuh kembang anak.
  7. Perilaku hidup bersih dan sehat.
  8. Memakai jamban sehat.
  9. Atasi masalah kesehatan anak.
  10. Selalu menambah ilmu kesehatan

Stunting berpotensi memperlambat perkembangan otak, dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas.

Tujuh provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (NTT) 37,8 persen, Sumatera Barat 33,8 persen, Aceh 33,2 persen, Nusa Tenggara Barat (NTB) 31,4 persen, Sulawesi Tenggara 30,2 persen, Kalimantan Selatan 30 persen dan Sulawesi Barat 29,8 persen.

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *