(Disusun oleh Ragil Kasa Putra, Mahasiswa S1 Keperawatan UIMA)
Darah mempertahankan nilai pH nya dengan adanya sistem penyangga dalam darah. Komponen penyangga yang ada dalam darah adalah penyangga karbonat yang terbentuk dari asam lemah , asam karbonat dan ion bikarbonat sebagai basa konjugasinya.
Darah manusia memiliki pH sebesar 7,4 atau antara 7,35 – 7,45. Sistem penyangga yang ada dalam darah :
H₂CO₃ (aq) + H₂O (l) ⇄ HCO₃⁻ (aq) + H₃O⁺ (aq)
Mekanisme tubuh untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah :
– Apabila darah menerima zat yang bersifat asam, ion H⁺ dari asam akan bereaksi dengan ion HCO₃⁻ dengan reaksi : H⁺ (aq) + HCO₃⁻ (aq) ⇄ H₂CO₃ (aq) ⇄ CO₂ (g) + H₂O (l). Gas CO₂ yang terbentuk ini akan dikeluarkan sebagai udara pernafasan.
– Apabila darah menerima zat yang bersifrat basa, ion OH⁻ akan bereaksi dengan H₂CO₃, dengan reaksi : OH⁻ (aq) + H₂CO₃ (aq) ⇄ HCO₃⁻ (aq) + H₂O (l). Dengan adanya penyangga maka pH darah ini akan bertahan.
Mempertahankan pH yang sesuai dalam darah dan cairan intrasel pada proses yang terjadi dalam organisme hidup mutlak penting. Hal ini terutama karena fungsi enzim, katalis untuk proses tersebut, sangat tergantung pada pH. Harga pH normal dari plasma darah adalah 7,4. Sakit keras atau kematian dapat disebabkan oleh perubahan hanya beberapa perpuluhan unit pH. Faktor-faktor yang dapat menuju kepada keadaan acidosis, dimana terjadi penurunan pH darah, adalah gagal hati, gagal ginjal, diabetes melitus, diare yang terus menerus, atau diet protein tinggi dalam jangka lama. Olahraga yang intensif dan lama dapat menyebabkan acidosis sementara. Alkalosis, yang ditandai oleh peningkatan pH darah, dapat terjadi karena muntah yang parah, napas cepat (kadang-kadang karena gelisah atau histeris), atau berada pada daerah yang tinggi. Dari pemeriksaan darah para pendaki yang mencapai puncak gunung Mount Everest (8848 m) tanpa tambahan oksigen, pH darah arteri adalah antara 7,7 – 7,8. Pada ketinggian ini bernapas cepat diperlukan karena sangat rendahnya tekanan O2 (sekitar 43 mm Hg).