(Disusun oleh Enjel Likasri Tamauri Purba, Mahasiswa S1 Keperawatan UIMA)
Akibat yang terjadi karena gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, meliputi :
1. Ketidakseimbangan Cairan
Ketidakseimbangan cairan meliputi dua kelompok dasar, yaitu gangguan keseimbangan isotonis dan osmolar. Ketidakseimbangan isotonis terjadi ketika sejumlah cairan dan elektrolit hilang bersamaan dalam proporsi yang seimbang. Sedangkan ketidakseimbangan osmolar terjadi ketika kehilangan cairan tidak diimbangi dengan perubahan kadar elektrolit dalam proporsi yang seimbang sehingga menyebabkan perubahan pada konsentrasi dan osmolalitas serum. Ada 4 ketidakseimbangan cairan, yaitu :
- Kehilangan cairan dan elektrolit isotonik.
- Kehilangan cairan (hanya air yang berkurang).
- Penigkatan cairan dan elektrolit isotonis.
- Penigkatan osmolar (hanya air yang meningkat).
2. Defisit Volume Cairan
Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia. Gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga.
- Faktor resiko :
- Kehilangan cairan berlebih (muntah, diare, dan pengisapan lambung) tanda klinis : Kehilangan berat badan.
- Ketidak cukupan asupan cairan (anoreksia, mual muntah, tidak ada cairan dan depresi konfusi) tanda klinis : Penurunan tekanan darah.
3. Dehidrasi
Dehidrasi terjadi akibat kehilangan cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dalam jumlah proporsional, terutama natrium. Kehilangan cairan menyebabkan peningkatan kadar natrium, peningkatan osmolalitas, serta dehidrasi intraseluler. Orang yang berisiko mengalami dehidrasi salah satunya adalah individu lansia. Mereka mengalami penurunan respons haus atau pemekatan urine. Lansia memiliki proporsi lemak yang lebih besar sehingga berisiko tinggi mengalami dehidrasi akibat cadangan air yang sedikit dalam tubuh.
4. Kelebihan Volume Cairan (Hipervolemia)
Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan elektrolit dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatis pada proses regulasi keseimbangan cairan. Penyebab spesifik kelebihan cairan, antara lain :
- Asupan natrium yang berlebihan.
- Pemberian infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak, terutama pada klien dengan gangguan mekanisme regulasi cairan.
- Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti gangguan jantung (gagal ginjal kongestif), gagal ginjal, sirosis hati, sindrom cushing.
- Kelebihan steroid.
- Faktor resiko :
- Kelebihan cairan yang mengandung natrium dari terapi intravena.
Tanda klinis : Penambahan berat badan.
- Asupan cairan yang mengandung natrium dari diet atau obat-obatan.
Tanda klinis : Edema perifer dan nadi kuat.
5. Edema
Pada kasus kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang berlebihan dalam kompartemen ekstraseluler meningkatkan tekanan osmotik. Akibatnya, cairan keluar dari sel sehingga menimbulkan penumpukan cairan dalam ruang interstitial (Edema). Edema biasa terjadi disekitar mata, kaki dan tangan. Edema dapat terjadi ketika ada peningkatan produksi cairan interstisial/gangguan perpindahan cairan interstisial. Hal ini dapat terjadi ketika :
- Permeabilitas kapiler meningkat (contoh : karena luka bakar, alergi yang menyebabkan perpindahan cairan dari kapiler menuju ruang interstisial).
- Peningkatan hidrostatik kapiler meningkat (contoh : hipervolemia, obstruksi sirkulasi vena) yang menyebabkan cairan dalam pembuluh darah terdorong ke ruang interstisial.
- Perpindahan cairan dari ruangan interstisial terhambat (contoh : pada blokade limfatik).
Edema pitting adalah edema yang meninggalkan sedikit depresi atau cekungan setelah dilakukan penekanan pada area yang bengkak. Cekungan terjadi akibat pergerakan cairan dari daerah yang ditekan menuju jaringan sekitar. Edema jenis ini adalah edema yang disebabkan oleh gangguan natrium. Adapun edema yang disebabkan oleh retensi cairan hanya menimbulkan edema non pitting.
Sedangkan akibat yang terjadi karena ketidakseimbangan asam dan basa dalam cairan tubuh, seperti :
- Asidosis respiratori, disebabkan oleh retensi CO2 akibat hipoventilasi. Pembentukan H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan meningkatkan konsentrasi ion H.
- Alkalosis respiratori, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan akibat hiperventilasi. Pembentukan H2CO3 menurun sehingga pembentukan ion H menurun.
- Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan ventilasi paru. Diare akut, diabetes mellitus, olahraga yang terlalu berat, dan asidosis uremia akibat gagal ginjal akan menyebabkan penurunan kadar bikarbonat sehingga kadar ion H bebas meningkat.
- Alkalosis metabolik, terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma karena defisiensi asam non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat. Hal ini terjadi karena kehilangan ion H karena muntah-muntah dan minum obat-obat alkalis. Hilangnya ion H akan menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk menetralisir bikarbonat, sehingga kadar bikarbonat plasma meningkat.