LANDASAN TEORI
- Definisi
• Pneumonia adalah keradangan perenkin paru dimana asinus terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam interstitium, menyebabkan sekumpulan gelaja dan tanda khas biasanya dengan gambar infiltrate sampai konsolidasi pada rontgen dada. Gejala , tanda tersebut antara lain, demam, sesek nafas, batuk dengan sputum (dahak) purulent kadang disertai darah dan nyeri dada (Syahrir, 2008)
• Pneumonia disebabkan oleh virus pathogen yang masuk ke dalam tubuh melalui aspirasi, inhalasi/penyabab sirkulasi : pneumonia paling banyak disebabkan oleh bakteri (Brunner & Suddarth, 2001)
• Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru distol dari bronkus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat
( Nanda, 2012 ) - Etiologi
A. Bakteri :
1) Bakteri garam positif (streptococcus pneuomoniae/ pneumococcal pneumonia, staphylococcus aureus)
2) Bakteri garam negative (haemophilus influenzae, pseudomonas aeruginosa, kleibsiella pneumoniae, dan anarobis bakteria )
3) Atypical bacteria (legionella pneumophia dan mycoplasma pneumonia)
B. Virus :
1) Virus influenza
2) Parainfluenza
3) Adenovirus
4) Virus synsitical respirotorik
5) Rhinovirus
C. Jamur :
1) Kandidiasis
2) Histoplasmosis
3) Kriptokokkis
D. Protozoa : pneumokitis karinii pneumonia
- Manifestasi klinis
Tanda dan gejalanya berupa:
A. Batuk nonproduktif
B. Ingus (nasal discharge)
C. Suara nafas lemah
D. Retraksi intercostal
E. Penggunaan otot bantu nafas
F. Demam
G. Suara nafas ronchii
H. Cyanosis
I. Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar
J. Batuk
K. Sakit kepala
L. Sesak nafas
M. Menggigil
N. Berkeringat
O. Lelah - Klasifikasi
Menurut buku pneumonia komuniti, pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003 menyebutkan tiga klasifikasi pneumonia.
a. Berdasarkan klinis dan epidemiologis :
1) Pneumonia komuniti
2) Pneumonia nasokomial
3) Pneumonia aspirasi
4) Pneumonia pada penderita immunocompromised
b. Berdasarkan penyebab
1) Pneumonia bakteri/tipikal
Pneumonia jenis ini bisa menyerang siapa saja terutama orang yang mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan terhadap penyakit. Pada saat pertahanan tubuh menurun, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut.
Biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi saluran nafas ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu), infeksi virus pada saluran pernapasan dapat mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus (cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru.
2) Pneumonia akibat virus
Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza. Gejala awal dari pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit, terdapat panas tinggi disertai membirunya bibir. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bacterial. Salah satu tanda terjadi superinfeksi bacterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau merah tua.
3) Pneumonia Jamur
Sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan daya tahan lemah.
c. Bedasarkan predileksi infeksi
Menurut Wong
1) Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
2) Pneumonia bronkopneumia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan sebagainya.
3) Pneumonia intertisial : Proses inflamasi dengan batas-batas yang lebih atau kurang dalam dinding alveolus (intertisium) dan jaringan peribronkial dan interlobaris.
4) Pneumonitis adalah inflamasi akut lokal paru tanpa toksemia yang berkaitan dengan pneumonia lobaris
- Patofisiologi
Sistem pertahanan tubuh terganggu menyebabkan virus masuk ke dalam tubuh setelah menghirup kerosin atau inhalasi gas yang mengiritasi. Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel. Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas bagian atas, dan jarang melalui hematogen. Virus dapat meningkatkan kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah dengan mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun.
Ketika mikroorganisme penyebab pneumonia berkembang biak, mikroorganisme tersebut mengeluarkan toksin yang mengakibatkan peradangan pada parenkim paru yang dapat menyebabkan kerusakan pada membran mukus alveolus. Hal tersebut dapat memicu perkembangan edema paru dan eksudat yang mengisi alveoli sehingga mengurangi luas permukaan alveoli untuk pertukaran karbondioksida dan oksigen sehingga sulit bernafas.
Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi eksudatif jaringan ikat paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni), lobar, atau intersisial. Pneumonia bakteri dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat pelebaran pembuluh darah, eksudasi cairan intra-alveolar, penumpukan fibrin, dan infiltrasi neutrofil, yang dikenal dengan stadium hepatisasi merah. Konsolidasi jaringan menyebabkan penurunan compliance paru dan kapasitas vital. Peningkatan aliran darah yang melewati paru yang terinfeksi menyebabkan terjadinya pergeseran fisiologis (ventilation-perfusion missmatching) yang kemudian menyebabkan terjadinya hipoksemia. Pada kebanyakan kasus, resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana eksudat dicerna secara enzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan dan dikeluarkan melalui batuk (Bennete, 2013). - Komplikasi
Menurut Elizabeth (2009) - Sianosis merupakan warna kulit dan membran mukosa kebiruan atau pucat karena kandungan oksigen yang rendah dalam darah.
- Hipoksemia merupakan penurunan tekanan parsial oksigen dalam darah, kadang-kadang khusus sebagai kurang dari yang, tanpa spesifikasi lebih lanjut, akan mencakup baik konsentrasi oksigen terlarut dan oksigen yang terikat pada hemoglobin
- Bronkaltasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus yang abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis dan muskular dinding bronkus.
- Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-paru yang diserang tidak mengandung udara dan kolaps). Terjadi akibat penumpukan secret.
- Meningitis terjadi karena adanya infeksi dari cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang.
- Pemeriksaan Penunjang
Menurut Elizabeth, (2009)
a. Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi struktural dapat juga menyatakan abses luas/infiltrate, empiema, infiltrasi menyebar atau terlokalisasi, atau penyebaran/perluasan infiltrate nodul. Pada pneumonia mikoplasma, sinar X dada mungkin bersih.
b. GDA
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlihat dan penyakit paru yang ada.
c. JDL
Veukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
d. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
Untuk dapat mengidentifikasi semua organisme yang ada. Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi trakeal, bronkoskopi fiberoptik, atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab. Lebih dari 1 tipe organisme ada, bakteri yang umum Diplococcus pneumonia, stapilococcus aureus, A-hemolitik streptococcus, Haemophilus, CMV.
e. Pemeriksaan serologi
Membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus
f. LED
g. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.Volume mungkin menurun, tekanan jalan napas mungkin meningkat dan komplain menurun, mungkin terjadi perembesan.
h. Elektrolit
i. Bilirubin
j. Aspirasi perkuatan/biopsi jaringan paru terbuka
Dapat menyatakan intraniklear tipikal dan keterlibatan sitoplastik, karakteristik sel raksasa. - Penatalaksanaan
Pasien menjalani tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda-tanda penyembuhan. Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai yang ditentukan oleh pemeriksaan sputum mencakup :
a. Oksigen 1-2 l/menit
b. IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3:1, +KCl 10 mEq/500 ml cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu dan status dehidrasi.
c. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang nasogastirk dengan feeding drip.
d. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agois untuk memperbaiki transport mukosiler.
e. Koreksi gangguan keseimbangan asam dan basa elektrolit.
f. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
1) Untuk kasus pneumonia communiti base :
a) Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
b) Kloramfenikol 75 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
2) Untuk kasus pneumonia hospital base :
a) Sefotaksim 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
b) Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
3) Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
4) Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
5) Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia mikroplasma.
(Roudelph, 2007).
Disusun Oleh Mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Indonesia Maju
Kelompok 6 :Wahid Nugroho, M Faiz Wibowo, Risma Novitasari, Firly Fitria Putri, Ananda Ageng Hp