(Ditulis oleh: PUTRI WAHYU WINARSIH, mahasiswa S1 Keperawatan – Universitas Indonesia Maju)
Remaja pada era ini memiliki tantangan yang jauh lebih besar dibandingkan era era sebelumnya. Sebut saja beberapa hal seperti kemajuan zaman yang bergerak cepat, pola asuh yang sering kali ditemui masih statis dan hanya berlandaskan pada kebiasaan di zaman terdulu tanpa mepertimbangkan apa yang sebenarnya menjadi kebutuhan anak di era sekarang, tolak ukur kesuksesan atau keberhasilan di masa depan yang semakin hari semakin tinggi, dan lain sebagainya. Hal tersebut menjadi acuan adanya indikasi peningkatan beban yang ditanggung pada remaja di era ini dan berpengaruh terhadap kesehatan mental mereka. Hal tersebut juga menjadi sangat penting. Pasalnya, di dalam undang undang nomor 18 tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, dituliskan bahwa apa yang dimaksud dengan Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
Dilanjutkan dengan kalimat upaya Kesehatan Jiwa yang dilakukan oleh pemerintah, menunjukkan atau memvalidasi betapa pentingnya peranan kesehatan mental untuk memenuhi atau memaksimalkan para remaja menjadi sumber daya yang bermanfaat di kemudian hari. Kesehatan mental itu sendiri juga jika tidak ditangani atau dijaga dengan baik, akan memiliki dampak yang buruk. Sama seperti kesehatan fisik yang dapat terancam penyakit, kesehatan mental juga sama rentannya. Mulai dari penyakit yang ringan, hingga yang berat. Beberapa penyakit mental diantaranya adalah Gangguan Kecemasan, Gangguan Mood, Gangguan Psikotik, Kontrol Impuls, Gangguan Makan, OCD atau Obsessive-Compulsive Disorder, Gangguan Kepribadian, Sindrom Tourette, Psikosomatis. Factitious, Disosiatif, PTSD atau Stress Pasca Trauma, Depresi, dan ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder.
Segala bentuk penyakit kesehatan mental tersebut jika tidak ditangani dengan benar, akan menimbulkan efek yang bervariasi sesuai jenis dan tingkatannya sehingga keseimbangan di dalam tubuh akan menghilang. Dan jika keseimbangan tubuh menghilang, maka dapat dipastikan semua kegiatan dalam bentuk pekerjaan maupun keseharian yang dilakukan oleh penderita akan berjalan dengan tidak benar. Namun, apa yang menjadi permasalahan ternyata sulit untuk diredam secara total meskipun beragam upaya telah dilakukan.
Tingkat kesehatan mental remaja Indonesia masih perlu mendapatkan perlakuan yang lebih. Dari data Laporan Nasional Riskesdas terbaru 2018 oleh badan LITBANGKES Kementerian Kesehatan RI, ditemukan data pada kelompok umur usia remaja mendapatkan angka 6.2% menderita gangguan kesehatan mental Depresi. Sementara untuk kelompok umur 25-34 tahun, 35-44 tahun, dan 45-54 tahun, ada penurunan angka menjadi masing masing 5.4%, 5.6 %, dan 6.1%. Kemudian angka menjadi semakin tinggi hingga mencapai 8.9% untuk kelompok umur diatas 75 tahun. Data tersebut jika kita bandingkan dengan data Laporan Nasional Riskesdas sebelumnya tahun 2013, terlihat penurunan kualitas kesehatan mental pada remaja dengan kenaikan penderitanya mencapai 0.6%, dan untuk kelompok umur 25-34 tahun kenaikannya mencapai 0.2%. Sementara untuk kelompok umur 35-44 tahun terdapat penurunan penderita sebesar 0.1%.
Data tersebut memang perlu dilakukan pembaharuan untuk meninjau lebih jauh lagi mengenai perkembangan kualitas kesehatan mental pada remaja di Indonesia. Namun, karena belum tersedianya data tersebut, setidaknya kita dapat mengetahui bahwa komitmen yang dibangun pada 2013 lalu, perlu kembali digalakkan mengingat justru terjadi penurunan kualitas kesehatan mental yang cukup besar pada remaja dari data yang ada saat ini. Peran aktif lingkungan juga diperlukan, stigma buruk yang kerap kali menjadi penghambat penderita untuk sembuh harus selalu mendapatkan pengurangan angka melalui upaya edukasi yang lebih terlihat serius.
Meskipun jika kita lihat pada komunitas generasi remaja khususnya di kota besar saat ini, keterbukaan dan keterlibatan antara satu atau lebih individu dengan penderita sudah cukup solid, namun pemahaman akan kesehatan jiwa juga perlu diaplikasikan kepada generasi di atasnya serta generasi dibawahnya. Para penderita juga diharapkan lebih berani lagi untuk memeriksakan diri dan memiliki naluri untuk sembuh yang lebih tinggi dibandingkan untuk diam dan berharap bahwa semuanya akan berlalu tanpa melakukan upaya yang lebih berarti.
Keren☺️
Good
Bagus dan sangat bermanfaat👍
Good
Sangat bermanfaat
Di era sekarang sangat penting dan faham kesehatan mental seseorang
Good
<3
Good job
Sangat bermanfaat
👍