Pengaruh Pandemi Covid-19 terhadap Kesehatan Jiwa Remaja

Pengaruh Pandemi Covid-19 terhadap Kesehatan Jiwa Remaja

(Ditulis oleh: SULFIYATI B.TAHER, mahasiswa S1 Keperawatan – Universitas Indonesia Maju)

Data WHO 2020 mendata bahwa saat ini Covid-19 merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia, sekaligus mempengaruhi sosio ekonomi sehingga dampaknya meluas tidak hanya pada orang tetapi juga pada daerah yang terkena virus. Covid-19 telah menyerang 221 negara dengan kasus terkonfirmasi sebanyak 1.282.931 orang dan meninggal 72.774 orang. Dengan kasus positif di Indonesia mencapai 1.537.967 orang dan meninggal sebanyak 41.815 orang menurut Kemkes,
2021.

Virus Covid-19 menyebar melalui tetesan kecil dari hidung atau mulut ketika seseorang batuk atau menghembuskan nafas. Tetesan ini kemudian jatuh ke benda yang disentuh orang lain, kemudian orang tersebut menyentuh mata, hidung, atau mulut (WHO, 2019). Dengan kata lain virus ini menyebar melalui droplet orang yang sudah terinfeksi. Karena kemungkinan penularan sebelum gejala terjadi, makna individu  yang tetap tanpa gejala dapat menularkan virus, sehingga isolasi adalah cara terbaik untuk menahan epidemi ini.

Untuk menekan angka penularan Covid-19 maka Kemenkes mengeluarkan peraturan yang PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dimana aturannya termuat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020. Dalam peraturan ini, aktivitas masyarakat diusahakan agar dirumah saja dan semaksimal mungkin mengusahakan agar tidak keluar rumah kecuali dalam kebutuhan yang mendesak. Seluruh masyarakat dari berbagai kelompok usia turut merasakan dampak akibat pandemic Covid-19 ini. 

Situasi yang mencekam saat ini dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti stres, kecemasan, gejala depresi, insomnia, penolakan, kemarahan dan ketakutan. Hal tersebut juga dirasakan oleh remaja dan bahkan anak-anak. Upaya pemerintah agar kegiatan pembelajaran tetap berjalan di masa pandemi seperti ini adalah metode pembelajaran daring di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Ketidaksiapan pemerintah, tenaga pendidik, orang tua, siswa dan teknologi yang mendukung membuat kegiatan belajar daring ini kurang menyenangkan. Tak hanya itu,remaja sulit berinteraksi dengan lingkungan sosialnya karena PSBB dan juga kegiatan belajar daring yang mengharuskan mereka tetap di rumah saja. 

Remaja merupakan tahapan yang rawan terhadap perkembangan emosional dan perilaku karena merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Tahap remaja merupakan tahapan yang mengalami banyak perubahan baik biologis, psikologis, dan sosial. Remaja lebih menyukai kegiatan di luar rumah dan berinteraksi dengan teman-teman sebayanya. Kelompok teman sebaya memiliki peran penting dalam identitas remaja. Hal ini tentu menjadi tantangan bagi tumbuh kembang remaja dari segi psikososial, perkembangan emosinya, dan juga kesehatan jiwanya. Kesehatan jiwa remaja sama pentingnya dengan kesehatan fisik 

Gangguan dalam kesehatan jiwa anak memiliki dampak yang signifikan terhadap aspek lain dalam perkembangan anak dan remaja seperti penyesuaian diri di sekolah yang buruk, konsentrasi berkurang, masalah dalam prestasi dan hubungan sosial. Oleh karena itu setiap aspek dalam tumbuh kembang remaja harus diperhatikan sama pentingnya di setiap aspek.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *